Adu Kuat, Go-Jek vs Koalisi Grab-OVO

(Sumber : https://inet.detik.com/compare-it/d-3384308/pilih-ojek-online-mana-go-jek-atau-grab)

      Layaknya Pemilu Presiden kita yang alot dan sengit, pun demikian dengan persaingan antara dua aplikasi Ojek Online paling eksis di negeri ini : Grab dan Go-Jek. Level persaingan diantara keduanya pun tak kalah seru untuk diikuti. Kira-kira selevel dengan persaingan Messi dan Ronaldo di dunia sepak bola atau antara Nasi Uduk dan Lontong Sayur untuk menjadi yang terbaik di Indonesia.

      Grab dan Go-Jek adalah pioner aplikasi ojek online di Indonesia yang sejak awal kemunculannya memang selalu bersaing ketat, salip-menyalip, dan tikung-menikung. Persaingan ini bisa kita lihat pada fitur-fitur yang ditawarkan dalam aplikasinya, jumlah driver dan penggunanya, hingga promo-promo “penggoda” yang ditawarkan. Saking ketatnya, kadang kala kita bisa temukan kejadian pesan dengan aplikasi Grab, tapi yang datang malah driver dengan jaket Go-Jek. Telisik punya telisik ternyata drivernya adalah pemegang prinsip, “satu (driver) untuk semua” alias jadi driver di semua aplikasi ojek online.

    Jika kita lihat beberapa tahun ke belakang, di lokasi sekitar Jabodetabek, Grab nampak lebih unggul dari sisi jumlah penggunanya. Waktu itu setidaknya Grab punya dua keunggulan. Satu adalah pengalaman. Grab bisa dikatakan lebih berpengalaman karena sudah ON dulu di negara tetangga. Dan yang kedua adalah modal. Dengan promo-promonya yang 'gila', Grab berhasil menarik puluhan bahkan ratusan ribu pengguna “fakir promo” dalam sekali  kedip.

     Akan tetapi Gojek tak tinggal diam. Dengan iklan dan inovasi yang cukup masif, perlahan tapi pasti elektabilias Gojek mulai meningkat. Dibanding Grab, Go-Jek memiliki satu keunggulan yang tidak akan mungkin dimiliki Grab, yaitu image 'Aplikasi Lokal, Besutan Anak Bangsa'. Faktor ini membuat Go-Jek dengan cepat menarik perhatian para investor, khususya investor lokal dan pemerintah. Investor lokal berduit tebal sekelas Djarum dan Astra ada disana. Pernyataan Pak Presiden Jokowi yang mendukung hadirnya Go-Jek dan aplikasi lokal lainnya untuk Go International pun turut memotivasi dan membesarkan pamor Go-Jek.

   Melihat potensi Go-Jek yang sungguh aduhai membuatnya tak hanya dilirik investor lokal. Beberapa investor asing pun turut andil menyumbang dolar. Tak tanggung-tanggung, mulai dari Tencent hingga Google harus ngantri untuk setor dana ke Go-Jek. Dan kalau dihitung-hitung, total keseluruhan valuasi Go-Jek saat ini sudah lebih dari 150 triliun rupiah. Uang segitu banyak kira-kira cukup untuk membangun jalan tol dari Jakarta hingga Bali atau untuk beli 100 pesawat Boeing, tunai. Dan itupun masih ada kembaliannya. Total valuasi ini Jauh di atas perusahaan sekelas Blue Bird atau bahkan Garuda Indonesia sekalipun. Wow lah pokoknya. Dengan demikian, kini uang bukan masalah lagi buat Go-Jek. Uang datang, Go-Jek pun siap menang!

      Tak cuma bersaing di sektor Ojek Online (Go-Ride vs Grab-Ride dan Go-Car vs Grab-Car) dan Food Delivery (Go-Food vs Grab-Food), kini Grab dan Gojek juga bersaing di bidang Financial Technology (FinTech).

   Namun saat ini roda berputar. Posisi Go-Jek kini lebih diunggulkan dibanding Grab. Seakan dianugerahi kemampuan membaca masa depan, Go-Jek dari awal sudah mengembangkan aplikasi pembayaran online dengan merk dagang Go-Pay. Dan tak perlu waktu lama bagi Go-Pay untuk menjadi raja FinTech di Indonesia, mengalahkan aplikasi-aplikasi lain bermodal cekak.

      Go-Pay setidaknya memiliki dua kelebihan dibanding aplikasi FinTech lain, yaitu kelebihan modal dan berat badan massa. Dengan modal triliunan rupiah, Go-Jek sebagai induk dari Go-Pay bisa leluasa melancarkan jurus-jurusnya, mulai dari jurus pengembangan aplikasi hingga jurus bakar uang atau promo. Go-Jek juga sudah memiliki massa puluhan ribu driver Go-Ride dan Go-Car serta ratusan ribu bahkan jutaan pengguna aktif. Sehingga tidak sulit bagi Go-Jek untuk membesarkan Go-Pay.

      Tapi eits, jangan senang dulu. Persaingan belum berakhir. Karena demi harkat dan martabat, Grab kembali hadir menantang Go-Jek. Untuk mematahkan dominasi Go-Jek dengan Go-Pay nya, Grab berkoalisi dengan aplikasi pembayaran online lokal yang sudah masyhur duluan, yaitu OVO.

      Go-Jek patut berhati-hati, lantaran semua kelebihan yang dimiliki Go-Jek, pun kini dimiliki oleh Koalisi Grab-OVO. Dari sisi modal, OVO bukanlah penantang kentang remeh temeh. Ada nama group besar di belakang OVO, yakni Lippo Group. Dan kalau sudah bicara Lippo Group, maka uang bukan lagi masalah. Intip saja aset dan usahanya: Matahari Department Store, Rumah Sakit Siloam, BeritaSatu, First Media, Lippo Karawaci, puluhan mall, hingga yang lagi ramai kemarin yaitu proyek Meikarta. Dan dari sisi massa, Grab cukup percaya diri karena punya jumlah driver dan pengguna aktif yang setara dengan Go-Jek.

      Persaingan semakin seru karena baik Go-Pay maupun Grab-OVO tak hanya sibuk mengurusi pembayaran Ojek Online nya saja, akan tetapi melebar ke pembayaran di merchant-merchant partner. Kini tak sulit menemukan warung kaki lima hingga restoran bintang lima, toko kelontong hingga supermarket kelas montong yang menerima pembayaran menggunakan Go-Pay maupun OVO. Strategi nya pun relatif sama yaitu menggunakan diskon/cashback besar-besaran.

      Lantas, siapa yang akan menang kali ini? Kita lihat saja. Yang jelas, mumpung lagi pada ngasih diskon, silahkan dimanfaatkan seluas-luasnya ya gaes, demi kelangsungan umat “fakir promo dan diskon”. 

Tidak ada komentar